Ticker

7/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kenapa Harus Aku Yang Diuji ?

 Oleh : Alvhi Sahkrin Gunandar

Alvhi Sahkrin Gunandar


MAJALAHJURNALIS.Com - Dalam lika-liku kehidupan di dunia ini, siapapun pasti pernah mengalami berbagai macam ujian.
 
Ujiannya bukan yang terlampir dalam sebuah soal esai berbentuk teks, apalagi soal yang bertajuk pilihan ganda.
 
Setiap yang diuji juga tidak bisa mencontek jawaban dari orang lain, karena tiap individu mendapatkan ujian yang berbeda jenis dan tingkatannya.
 
Ujian apakah yang dimaksud ? Jawabannya adalah Ujian Kehidupan.
 
Betapa nikmatnya jika ujian tersebut sudah dilewati dan tuntaskan dengan baik, karena puncak dari kenikmatan hadirnya setelah merasakan.
 
Merasakan berbagai macam cerita yang sangat menyedihkan dan sangat menyakitkan.
 
Tidak heran jika ada orang yang  meneteskan air mata, bahkan sampai menangis terisak-isak.
 
Menangis bukan berarti manja atau cengeng, tapi tangisan itu sebagai bentuk kesadaran diri. Bahwa sebagai hamba yang lemah, kita membutuhkan Pertolongan Tuhan Yang Maha Esa.
 
Ada hal penting yang harus diketahui, oleh tiap individu yang mendapatkan ujian.
 
Jika diantara kita sedang diuji oleh Allah SWT Yang Maha Kuasa.
 
Maka hal yang perlu dijaga adalah lisan dan perasaan.
 
Jangan sampai terucap kata atau terbesit dalam pikiran :
"Kenapa harus aku yang diuji"
"Kenapa ujian ini begitu berat"
"Kenapa tidak nanti saja aku mengalami ini"
Dan berbagai macam ungkapan yang bersifat tidak menerima ketetapan.
 
Sudah jelas dalam surat Al Baqarah, di Juz ke 2 Ayat 286.
Allah Swt Berfirman :
 
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا
 
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(QS Al Baqarah  2 : 286)
 
Dari Ayat tersebut kita bisa mengambil pelajaran bahwa ketika mendapatkan ujian, berarti kita dipercaya untuk menjalaninya. Di sisi lain, Allah SWT juga memberikan sinyal bahwa kita mampu untuk menghadapi segala ujian tersebut.
 
Harusnya kita bersyukur ketika ujian datang silih-berganti?
 
Karena dengan ujian, manusia akan terlatih untuk sabar, terlatih untuk Ikhlas dan terlatih untuk Tawakkal (berserah diri kepada Allah SWT).
 
Hingga akhirnya, Allah SWT akan mengangkat derajat seorang Hamba yang bertaqwa, pada suatu tingkatan yang Mulia. Aamiin. 

(Penulis adalah Mahasiswa Lulusan UNIDA –Universitry Of Darussalam Gontor Fakultas Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam)

Post a Comment

0 Comments