China
mengatakan pembangunan Whoosh sudah dilakukan dengan koordinasi erat dan
perhitungan angka keuangan yang komprehensif. (Arsip KCIC).
MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta) -- Pemerintah China akhirnya buka suara soal
permasalahan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Whoosh dan kesulitan keuangan
yang dialami oleh PT KAI buntut proyek itu. Melalui
pernyataan resmi yang disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri
China Guo Jiakun, Negeri Tirai Bambu tersebut menyatakan sejatinya saat
melaksanakan proyek ini, pemerintahan kedua negara telah berkomunikasi dan
berkoordinasi erat, termasuk dalam menilai investasi, angka-angka keuangan dan
potensi ekonominya. "Perlu
ditegaskan ketika menilai proyek kereta api cepat, selain angka-angka keuangan
dan indikator ekonomi, manfaat publik dan imbal hasil komprehensifnya juga
harus dipertimbangkan. Otoritas dan
perusahaan yang berwenang dari kedua belah pihak telah menjalin koordinasi yang
erat untuk memberikan dukungan yang kuat bagi pengoperasian kereta api yang
aman dan stabil," katanya Senin (20/10) lalu seperti dikutip dari website
resmi pemerintah China. Ia mengatakan
China akan selalu siap untuk terus
bekerja sama dengan Indonesia untuk terus memfasilitasi pengoperasian Kereta
Api Cepat Jakarta-Bandung yang berkualitas tinggi supaya sarana ini bisa
memainkan peran yang lebih besar dalam mendorong pembangunan ekonomi dan sosial
Indonesia serta meningkatkan konektivitas di kawasan. Masalah proyek
Kereta Cepat Jakarta-Bandung kembali diungkit belakangan ini. Salah satu
masalah yang diungkit terkait besarnya utang proyek tersebut. Sebagai
informasi, nilai investasi proyek tersebut tembus US$7,2 miliar atau Rp116,54
triliun (asumsi kurs Rp16.186 per dolar AS). Dana itu lebih
besar jika dibandingkan dengan yang terdapat dalam proposal dari China saat
menawarkan proyek itu ke Indonesia. Pasalnya, dalam proposal, China hanya
menawarkan nilai investasi US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,67 triliun (kurs
Rp14.280 per dolar AS). Sebanyak 75
persen pendanaan proyek berasal dari pinjaman China Development Bank. Sementara
sisanya berasal dari modal pemegang saham, termasuk KAI, Wijaya Karya, PTPN I,
dan Jasa Marga. Nah besarnya
utang itu memicu polemik. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa beberapa waktu
lalu menolak jika utang itu dibayar APBN. Dalihnya,
Whoosh saat ini dikelola oleh Danantara. Danantara juga sudah mengambil dividen
dari BUMN yang biasanya masuk ke kas negara sampai dengan Rp80 triliun. Dengan fakta
itu, kata Purbaya, akan sangat lucu bila dana APBN digunakan lagi untuk
membayar utang Whoosh. "Itu kan
Whoosh sudah dikelola oleh Danantara kan. Danantara sudah ngambil Rp80 triliun
lebih dividen dari BUMN, seharusnya mereka manage dari situ saja," kata
Purbaya usai Inspeksi Mendadak (Sidak) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta
Utara, Senin (13/10/2025). Proyek busukSelain utang,
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Pandjaitan pernah mengungkap proyek
itu busuk. Selain terkait
nilai investasi yang tak sesuai proposal awal, kebusukan juga terjadi pada
pembangunan. Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung berjalan
serampangan. Itu salah
satunya terjadi pada pembangunan pilar LRT yang dikerjakan oleh PT KCIC di KM 3
+800. Kementerian
PUPR mengatakan pembangunan pilar dilakukan tanpa izin dan berpotensi
membahayakan keselamatan pengguna jalan. Selain itu,
PUPR juga menilai bahwa pengelolaan sistem drainase dari pengerjaan proyek
tersebut buruk karena tidak dibangun sesuai kapasitas. Akibat masalah
itu, proyek telah menimbulkan genangan air pada Tol Jakarta-Cikampek dan
kemacetan pada ruas jalan tol. Karena itulah,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Komite
Keselamatan Konstruksi pada 2020 lalu sempat menghentikan pelaksanaan proyek
Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dikerjakan PT Kereta Cepat Indonesia China
(KCIC). Untuk
mengatasi kebusukan itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2021 lalu membentuk
Komite Kereta Cepat Antara Jakarta dan Bandung. Pembentukan
komite tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2021 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Antara Jakarta dan Bandung yang diteken
Jokowi pada, Rabu (6/10/2025). Komite
dipimpin oleh Luhut. "Jadi
memang saya menerima proyek (Whoosh) sudah busuk itu barang," katanya di
Jakarta, Kamis (16/10/2025) lalu.Sumber: CNN
Indonesia



0 Komentar