Bisnis franchise bermodal kecil
seperti jual es teh hingga mi pedas bisa jadi sumber cuan, tetapi ada banyak
faktor yang harus dipertimbangkan agar tak rugi. (Foto: istockphoto/Fariz
Fadillah Afdhal)
MAJALAHJURNALIS.Com
(Jakarta) - Bisnis franchise kecil-kecilan
dilirik sejumlah orang, mulai dari jualan es teh hingga menjajakan mi pedas.
Keriaan
bisnis ini mungkin membuat Anda penasaran, 'apakah dengan modal kecil bisa
mendulang keuntungan yang menjanjikan?'. Begitu pula dengan bagaimana kiat agar
operasional bisnis tetap efektif, tanpa boncos.
Perencana
Keuangan PINA Rista Zwestika mengamini bahwa bisnis franchise bermodal kecil
bisa jadi sumber cuan. Akan tetapi, ada banyak faktor yang harus
dipertimbangkan matang-matang.
Pertama,
Rista menyarankan Anda untuk mulai melakukan riset pasar, tentukan target
pembeli yang akan disasar. Kedua, pastikan memilih merek franchise yang punya
reputasi baik dan memberikan support system bagus.
"Ketiga,
buatlah business plan yang matang untuk membantu Anda mencapai tujuan bisnis.
Keempat, kelola keuangan dengan baik, catat semua pemasukan dan pengeluaran
Anda dengan rapi," jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (5/7).
Kelima,
layani pembeli dengan baik kepada pelanggan agar repeat order.
Rista
menghitung perkiraan modal awal jika Anda serius mau menekuni bisnis ini. Ia
membaginya ke dalam tiga jenis franchise, yakni es teh, salad, hingga mi pedas.
Menurutnya,
modal awal yang paling murah adalah memilih franchise es teh. Bisnis ini bisa
dimulai dengan anggaran sekitar Rp5 juta-Rp10 juta.
Tak
kalah terjangkau, bisnis salad setidaknya butuh modal awal Rp10 juta sampai
Rp15 juta. Sedangkan yang cukup mahal adalah memulai franchise mi pedas dengan
ancang-ancang modal Rp15 juta-Rp20 juta.
"Jika
ingin serius menjalankan bisnis ini, Anda perlu menganggarkan lebih banyak
uang. Tidak hanya untuk modal awal," tegasnya.
Ada
lima aspek yang juga harus diperhatikan, mulai dari memikirkan untuk menyewa
tempat yang proper hingga alokasi untuk bayar pajak.
Pertama,
biaya sewa tempat bisa diatur tergantung lokasi dan luas tempat. Kedua,
anggarkan untuk peralatan dan bahan baku secara rutin.
Ketiga,
pertimbangkan untuk merekrut karyawan. Rista menyebut keberadaan karyawan bukan
berarti cuma memikirkan gajinya, tapi juga tunjangan hingga biaya BPJS
Ketenagakerjaan.
"Keempat,
marketing. Anda perlu mempromosikan bisnis melalui berbagai saluran, seperti
media sosial, spanduk, dan brosur," ucap Rista.
Kelima,
Rista mengingatkan agar pebisnis kecil-kecilan tetap taat bayar pajak. Ini
meliputi pajak penghasilan (PPh) dan pajak-pajak lainnya yang mengikat.
Menata
Hidup dan Mencari Penghasilan Baru Bagi Korban PHK
Perlukah
merekrut karyawan?
Head
of Advisory & Financial Planner Finansialku Shierly menegaskan bisnis
franchise kecil-kecilan mau tak mau akan melibatkan sang pemilik, apalagi di
awal merintis.
"Kalau
dimiliki sendiri, untungnya 100 persen bisa milik sendiri, tapi tentu lebih
capek. Jika belum ada karyawan yang bisa dipercaya untuk supervisi, memikirkan
bisnis sendiri, dan risiko rugi ditanggung sendiri," tuturnya.
Ia
menawarkan opsi mencari investor. Ini bisa dimulai dengan menawarkan kerja sama
dengan teman.
Shierly
mengatakan teman yang sepakat bergabung bisa menjadi investor aktif atau pasif.
Mereka yang aktif akan mendapatkan gaji, sedangkan investor pasif bisa
mengantongi dividen alias bagi hasil profit usaha.
"Kalau
dimiliki bareng teman tentu keuntungan harus berbagi dengan investor lain. Ada
juga risiko gak setuju satu sama lain atau pecah kongsi," wanti-wanti
Shierly.
"Tapi
bisa berbagi tugas, banyak ide, berbagi risiko. Modal awal yang terkumpul bisa
lebih besar dan fleksibel. Saran saya, harus punya perjanjian hitam di atas
putih yang jelas," tambahnya.
Perencana
Keuangan OneShildt Consulting Imelda Tarigan mengingatkan perlu pengujian
rencana bisnis di awal. Ia menegaskan asumsi dari skema-skema yang diperkirakan
harus benar diuji, jika tak ingin gigit jari.
Untuk
jaga-jaga, ia menyarankan untuk siap siaga dana operasional karena pebisnis
'perlu napas yang cukup', paling tidak untuk setahun ke depan.
Kerja
sendiri, hire karyawan, atau mencari partner kongsi adalah pilihan. Ia
mengatakan harus ada pertimbangan matang dan realistis terkait operasional
bisnis tersebut.
"Apakah
mungkin tenaga dan waktu kita cukup kalau harus kerjakan semua sendiri? Kalau
tidak, berarti kita harus percayakan pada karyawan dengan menggunakan sistem
monitoring dan controlling yang tepat supaya tetap pada jalurnya," saran
Imelda.
"Kalau
mau kongsi dengan teman atau saudara harus jelas hitam di atas putihnya, kalau
perlu dengan perjanjian legal. Supaya tidak kehilangan teman atau saudara
gara-gara bisnis," imbuhnya.
Imelda
menegaskan business is business, tidak ada istilah teman atau saudara. Oleh
karena itu, penting untuk tetap mengambil keputusan dengan kepala dingin.
Sumber
: CNN Indonesia
0 Comments