Ticker

7/recent/ticker-posts

ATR/BPN Sumut Terkesan Kaburkan dan Tak Mau atau Tolak Meletakkan Batas antara Tanah Rakyat dengan Batas Tanah Negara

 Oleh : Fadli Kaukibi SH. CN

ATR/BPN Sumut Terkesan Kaburkan dan Tak Mau atau Tolak Meletakkan Batas antara Tanah Rakyat dengan Batas Tanah Negara

Bumi air dan ruang angkasa sudah di obral habis, pembalakan hutan, pengerukan bumi,dan penguasaan udara (bandara udara) yang sangat bebas, bahkan tanah-tanah rakyat ditambah lagi wabah sabu, benar-benar kegilaan  yang mengakibatkan kerusakan Alam dankerusakan sosial yang sangat menyengsarakan rakyat


MAJALAHJURNALIS.Com (Medan) - Kantor Wilayah Pertanahan Propinsi Sumut Lalai (culpa) atau Sengaja (Dolus) menolak meletakkan batas-batas Tanah Negara dengan Tanah Rakyat dan Lalai atau Sengaja atas terjadinya Penggunaan Tanah Negara oleh Perusahaan tanpa membayar Uang Pemasukan ke Kas Negara.
 
Rakyat dan tanahnya jadi mainan objek kekerasan dan Anehnya negara merasa tidak dirugikan.
 
Apakah Prabowo Subianti Negarawan yang selalu konsisten menjunjung PANCASILA dan ALINEA 4 PEMBUKAAN UUD 45 .
 
Terasa Institusi Negara sudah dikuasai bandit bandit politik dan rakyat  tanpa sadar telah digiring menuju jalan Perbudakan (The Road of Serfdom).
 
Institusi Negara sudah dikuasai oleh bandit-bandit politik hari ini  dilihat dari  Ilmu Kenegaraan dan Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara ini ditandai dengan sudah tidak ada lagi batas-batas kewenangan dari lembaga-lembaga negara maupun kewenangan aparat yang menjalankan institusi negara/terlihat lembaga-lembaga negara memproduk undang-undang dan peraturan sesuai selera dan kepentingan pejabat negara (penguasa dan pengusaha  nasional serta asing) lalu tindakan pejabat negara sangat sewenang-wenang tidak ada acuan hukum dan jika ada ketentuan hukum dan per-Undang-Undangan juga sudah ditabrak habis.
 
Nyata kita sudah melihat dan mendengar kegilaan pemimpin negara.Tak layak,tak patut seorang Kepala berkata "Saya akan berikan lahan berapapun luasnya ,mau berapa , 100 hektar, ribu hektar bahkan puluhan ribu hektar, akan saya sediakan"



Ini bukanlah bicara seorang Kepala Negara yang harusnya bertindak atas dasar hukum dan per-Undang-Undangan sesuai Azas Negara Hukum (Rechstaat) tapi ini lebih tepat disebut Negara Kekuasaan (Maachstaat) atau itu bicara seorang DIKTATOR, OTORITER, FASIS CARTEL bahkan identik bicara seorang Pemimpin Penjajahan (invasi) karena Larangan monopoli penguasaan BAR diinjak habis.
 
Apa yang rakyat daerah rasakan hari ini adalah fakta nyata ada absolutisme, hegemoni Pusat pada Daerah (Desentralisasi dengan Otonomi Daerah hanya Isapan Jempol) ternyata Penguasa Pusat  menjalankan absolut, Aparat Penegak Hukum (APH) Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman tidak lagi jadi benteng hukum tapi benteng bahkan centeng penguasa dan pengusaha.


Bumi air dan ruang angkasa sudah di obral habis, pembalakan hutan, pengerukan bumi,dan penguasaan udara (bandara udara) yang sangat bebas, bahkan tanah-tanah rakyat ditambah lagi wabah sabu, benar-benar kegilaan  yang mengakibatkan kerusakan Alam dankerusakan sosial yang sangat menyengsarakan rakyat.
 
Pemerintah Pusat bukan saja sewenang-wenang memberi izin Sumber Daya Alam daerah bahkan lebih tragis juga menimpa rakyat daerah, rakyat yang sudah punya Alas Hak, Atas Tanah dan sudah ada hunian dan ladangnya juga tak luput dari perampokan terstruktur oleh Pemerintah Pusat yakni Presiden Cq Menteri ATR/BPN dan jajarannya di Daerah yakni Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten Kota yang berkolaborasi dengan aparat TNI dan Polri serta Pejabat-Pejabat Daerah (ya Raja-Raja Daerah).
 
Ketentuan Hukum tentang Kehutanan, Pertambangan, Hukum Agraria, dan Ketahanan Nasional sudah dimasukkan ke tong sampah.
 
Sedikitnya kami menemukan 5 Sertifikat HGU yang setelah kami teliti adalah Aspal/Cacat Administrasi/Surat Bawah Tangan yang digunakan oleh Perusahaan Perkebunan Negara yang luasnya ribuan hektar bahkan puluhan ribu hektar yang nyata tidak membayar uang pemasukan ke kas negara justru disewakan bahkan di Lego ke properti di Kabupaten Deli Serdang Binjai dan Langkat lalu dengan modal Surat Aspal/Cacat Administrasi/ Surat Bawah Tangan itu rakyat yang sudah punya Alas Hak Atas Tanahnya diusir dikeroyok digebuki dan dirusak huniannya (dirame ramekan ngancurinya bahkan ikut Aparat).



Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi Sumut dan Deli Serdang sebagai Perpanjangan Tangan Pemerintah Pusat (Instansi Vertikal dari Kementrian ATR/ BPN) saat dimohon klarifikasi atas keberadaan Sertifikat Aspal/Cacat Administrasi/Surat Bawah Tangan yang menjadi produk lembaga mereka itu selalu MENGHINDAR, sementara nyata rakyat  selalu saja dirugikan atas tindakan perampokan oleh perkebunan PTPN 1 Regional 1 (dh PTPN2) dengan menggunakan Sertifikat HGU Aspal/Cacat Administrasi/Surat Bawah Tangan. Terlihat bahwa ada Unsur Kesengajaan (Dolus) dari Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi untuk MENGABURKAN dan TIDAK MAU atau MENOLAK meletakkan batas-batas antara Batas-Batas Tanah Rakyat dengan Batas-Batas Negara.
 
Apakah penggunaan tanah negara tanpa membayar uang pemasukan ke kas negara itu Restu atau juga permainan Pemerintah Pusat Cq Kementerian ATR/BPN dan BUMN?
 
Apakah Kantor Pertanahan Provinsi Sumut sengaja tidak menjalankan fungsi Pendataan, Pengawasan atas Tanah-Tanah Negara? Mengapa rakyat diintimidasi fisik dan administrasi terus dan permintaan untuk transparansi atas batas-batas tanah negara dan tanah rakyat terus dipersulit oleh Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi Sumut dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota?




Pengusiran dan Penolakan Permintaan peletakan batas-batas tanah rakyat dengan perusahaan perkebunan selalu mengatasnamakan kepentingan Negara dan akhirnya  kemudian mengeksploitasi dengan mudah  bumi, air, ruang kasa bahkan merampok tanah sawah ladang dan hunian rakyat. Keji, lebih keji dari penjajah Belanda.. Kebangsaan dan Nasionalisme sudah sirna sumber hukum Pancasila dan Tujuan Negara yang tercantum di Alinea 4 Pembukaan Undang-Undang 1945 sudah tinggal judul semata.
 
Nampaknya kita tidak bisa berharap mereka punya nurani , tidak bisa berharap TNI itu dari rakyat untuk rakyat lagi, apalagi berharap pada Polri yang netral. Mereka sudah bertugas menjaga penguasa dan pengusaha. Jalan satu-satunya turun ke jalan dan menyumpah serapah.
 
Kita coba usaha dan lihat apakah Presiden Prabowo Subianto dan TNI serta Kementerian ATR/BPN punya political will meluruskan ini semua,ini  kita lihatlah dimulai dari Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi Sumut maupun Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. (Penulis adalah Tokoh Melayu  Sumut dan Penasehat DPW HIPAKAD 63 Sumut)

Posting Komentar

0 Komentar