Potret
buah kecubung Foto: Getty Images/iStockphoto/Muhammad Zula Ainul Albab
MAJALAHJURNALIS.Com
(Jogja) - Bagaikan pedang bermata dua. Ungkapan
ini tampaknya cocok untuk mendeskripsikan tanaman kecubung. Mengapa demikian?
Di bawah ini penjelasan lengkap mengenai buah kecubung dan dampaknya bila
dikonsumsi.
Dilansir
laman resmi Singapore National Parks, nama latin kecubung adalah Datura metel
L. Klasifikasi lengkapnya adalah kingdom Plantae, divisi Spermatophyta,
subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, subkelas Sympetalae, ordo
Solanales, famili Solanaceae, genus Datura, dan spesies Datura metel L.
Buah
satu ini juga dikenal dengan banyak nama lain, seperti apel duri halus, apel
duri ungu, apel berduri, dan terompet setan. Menariknya, nama terompet setan
didapat karena adanya senyawa membahayakan bagi tubuh manusia.
Untuk
menghapus rasa penasaran detikers, mari, pelajari informasi komplet mengenai
buah kecubung berikut dampaknya dalam artikel ini.
Persebaran dan
Habitat Kecubung
Berdasar
informasi dari laman Cabi Digital Library, tanaman kecubung bisa ditemukan di
"dunia lama" tropis maupun "dunia baru"nya. Dunia lama
tropis merujuk pada wilayah-wilayah yang meliputi Afrika, Asia, dan sebagian
Eropa.
Sementara
itu, dunia baru tropis berarti wilayah Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, dan
Amerika Selatan. Lebih rincinya, untuk wilayah yang tergolong neotropis, tanaman
kecubung dapat dijumpai di Nikaragua, Suriname, dan Guyana Prancis.
Dari
informasi tersebut, dapat dipahami bahwasanya tanaman kecubung tersebar hampir
di seluruh penjuru bumi. Namun, kebanyakan bukan merupakan daerah asalnya.
Daerah asal kecubung, sebagaimana informasi dari situs Plants of the World
Online, adalah Texas hingga Kolombia.
Disadur
dari E-Journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta, kecubung bisa tumbuh di
dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini
akan hidup di tempat-tempat terbuka dengan tanah yang mengandung pasir dan
iklim kering.
Di
Indonesia, kecubung mudah dijumpai di kebun atau halaman rumah. Sebabnya, ia
banyak dimanfaatkan sebagai tanaman pagar atau tanaman hias sekaligus obat
herbal.
Karakteristik
Kecubung
Karena
termasuk jenis perdu, kecubung memiliki batang pokok yang berkayu dan tebal. Di
samping batang pokok yang bisa tumbuh setinggi 2 meter, terdapat juga cabang
berjumlah banyak.
Daun
kecubung berwarna hijau dengan bentuk bulat telur, tipis, tunggal, dan bagian
pinggirnya berlekuk tajam. Ujung dan pangkal daunnya meruncing dengan struktur
pertulangan yang menyirip.
Bunga
kecubung berbentuk terompet berwarna putih atau lembayung dengan panjang kurang
lebih 12-18 sentimeter. Bunga kecubung memiliki 5 kelopak dengan ujung runcing.
Bunga ini akan mekar di malam hari dan menutup pada sore hari berikutnya.
Buahnya
yang terkenal berbentuk hampir bulat dan tersambung dengan tangkai tandan
pendek. Bagian luar kecubung dilingkupi dengan duri-duri pendek. Di dalamnya,
bisa ditemukan biji-biji kecil berwarna kuning kecokelatan dengan diameter 4-5
cm.
Kandungan Kecubung
Disarikan
dari situs resmi Stikes Rajekwesi, semua bagian kecubung, baik itu akar,
tangkai, daun, buah, bunga, dan biji, mengandung zat alkaloid. Kandungan
terbanyak alkaloid bisa ditemui di dalam akar dan biji dengan kadar 0,4-0,9%.
Sementara itu, kandungan zat alkaloid dalam daun dan bunga hanya berkisar 0,2
sampai 0,3% saja.
Alkaloid
sendiri adalah senyawa basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Bagi
manusia, alkaloid sering kali beracun dengan bahaya yang mempunyai aktivitas
fisiologi. Alhasil, ia sering dipakai untuk pengobatan.
Dalam
kecubung, alkaloidnya terdiri atas antropin, hiosiamin, dan skopolamin.
Antropin bekerja pada sistem saraf perifer dan bisa merangsang atau menghambat
sistem saraf pusat. Adapun skopolamin, ia bekerja menekan sistem saraf pusat.
Dampak Konsumsi
Kecubung
Sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya, mengonsumsi kecubung bisa bermanfaat ataupun
justru mendatangkan masalah. Dilihat dari laman Pustaka Kementerian Pertanian
Republik Indonesia, di antara manfaat kecubung adalah:
1. Mengatasi kulit
bengkak
2.
Merawat
kuping kopok
3.
Mengatasi
sembelit
4.
Meredakan
rematik
5.
Mengobati
keseleo
6.
Mengatasi
ketombe
Diringkas
dari The MHS Journals dan laman resmi Pemerintah Provinsi Jambi, efek buruk
konsumsi kecubung, yakni:
1.
Pupil
mata melebar
2.
Gangguan
sistem saraf pusat
3.
Dehidrasi
4.
Tekanan
darah tinggi
5.
Kram
otot
6.
Halusinasi
7.
Sindrom
kaki gelisah
8.
Gangguan
sistem pencernaan
9.
Mulut
kering
Dari
segi mental, kecubung bisa menyebabkan amnesia, kebingungan, psikosis, dan
halusinasi, di samping tentunya mengubah suasana hati dan ekspresi emosi.
Beruntungnya, efek ini bisa terjadi hanya jika seseorang overdosis kecubung.
Meskipun
demikian, orang yang mengonsumsi kecubung dalam jumlah terlalu banyak, tetapi
tidak sampai overdosis, akan merasa mabuk ketika proses metabolismenya
berjalan. Bisa jadi, orang tersebut akan mengalami kecemasan, dehidrasi,
kantuk, peka terhadap cahaya, dan gejala-gejala lainnya.
Oleh
karena itu, detikers disarankan untuk tidak mengonsumsi kecubung, kecuali
dengan resep atau setelah berkonsultasi dengan pakar.
Demikian
penjelasan lengkap mengenai buah kecubung serta efek positif dan negatif
konsumsinya. Semoga bisa menambah wawasan detikers, ya!
Sumber
: detikjogja
0 Comments