Ticker

7/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Khutbah Jumat: Sakinah, Mawaddah wa Rahmah Menuju Rumah Tangga Surgawi

 Ditulis Ahmad Dirgahayu Hidayat


Keluarga sakinah. (Foto: NU Online/Freepik)


MAJALAHJURNALIS.Com - Rumah tangga surgawi adalah istilah untuk suatu bangunan rumah tangga yang dijalin dengan penuh cinta dan kasih sayang, atau yang dalam Al-Quran disebut dengan Mawaddah dan Rahmah.
 
Kedua komponen inilah nanti yang akan melahirkan rumah tangga yang Sakinah, atau surgawi dalam istilah kami. Khutbah kali ini, kami sadur dari tulisan imam Fakhruddin Ar-Rozi dalam karyanya Mafatih Al-Ghaib.
 
Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Sakinah, Mawaddah Wa Rahmah Menuju Rumah Tangga Surgawi”.
 
Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silahkan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop) semoga bermanfaat! Khutbah
 
I  اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ. أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، اَلْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
 
Rumah tangga surgawi merupakan rumah tangga yang dibangun dengan relasi yang indah dan sehat antara suami dengan istrinya. Relasi yang indah dan sehat adalah relasi yang dijalankan dengan cinta dan kasih sayang, yang dalam Al-Qur'an disebut mawaddah dan rahmah. Sehingga, rumah tangga yang selalu diisi dengan cinta dan kasih sayang, akan membentuk rumah tangga yang sakinah. 
 
Untuk sampai pada titik ini, sepasang suami istri terlebih dahulu harus memahami makna masing-masing dari tiga kata kunci ini; sakinah, mawaddah dan rahmah sebagai bekal dasar membangun rumah tangga surgawi. Mengingat, tanpa memahami maknanya, seseorang akan sangat sulit menjalankannya.
 
Terkait hal ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum 21:
 
 وَمِنۡ آيٰتِهِ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡواجًا ‌لِّتَسۡكُنُوْا إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذٰلِكَ لَأٓيٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَتَفَكَّرُونَ
 
Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
 
Dari ayat inilah muncul tiga istilah kunci sakinah, mawaddah dan rahmah. Dalam kesempatan khutbah kali ini, kita akan membincang makna dari tiga istilah ini.
 
Pertama; Sakinah
 
Sakinah, merupakan bentuk masdar kata sakana-yaskunu-sukunan-wa sakinatan, yang bermakna ketenangan. Kata ini merupakan lawan dari al-harakah, yang berarti pergerakan. Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak penggunaan kata sakinah atau yang seakar kata dengannya.
 
Kata litaskunu yang merupakan akar kata sakinah dalam ayat Al-Qur​​​​​​​​​​​​​​'an surat Ar-Rum 21 sebenarnya menggambarkan suasana ketenangan dan perasaan aman. Menurut penjelasan imam Fakhruddin ar-Razi, istilah ini merujuk pada kondisi batin yang damai dan tentram. Ia mengatakan,
 
 وَاعْلَمْ أَنَّ ‌السَّكِينَةَ عِبَارَةٌ عَنِ الثَّبَاتِ وَالْأَمْنِ، وَهُوَ كَقَوْلِهِ فِي قِصَّةِ الْغَارِ: فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ [الْفَتْحِ: 26] فَكَذَا قَوْلُهُ تَعَالَى: فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ مَعْنَاهُ الْأَمْنُ وَالسُّكُونُ
 
Artinya: “Ketahuilah bahwa sakinah adalah ungkapan dari suara ketenangan dan rasa aman, seperti dalam kisah saat baginda Nabi bersama Abu Bakr di Gua Tsur, Allah berfirman, ‘Lalu Allah Turunkan ketenangan kepada Rasulullah dan kaum Mukmin (al-Fath: 26). Demikian halnya dalam firman Allah, ‘Di dalam Tabut (sebuah kotak yang di dalamnya tersimpan Taurat) ada ketenangan dari Tuhanmu’, maknanya adalah rasa aman dan kenyamanan.” (Mafatih al-Ghaib (juz 6, hal. 508)
 
Kedua; Mawaddah
 
Seperti halnya sakinah, mawaddah juga merupakan bentuk masdar dari wadda-yawaddu-waddan/widdan-wa mawaddatan yang bermakna cinta yang sempurna (al-mahabbah al-kamilah). Cinta yang sempurna ini, seperti yang kita pahami, tidak terbatas oleh apapun. Namun, mawaddah masih sangat terpengaruh oleh syahwat, penampilan fisik, serta hal-hal luar lainnya. Karena mawaddah adalah cinta, maka segala hal yang berkaitan dengan cinta-termasuk fase awal kemunculannya yang harus melihat fisik-akan tetap ada dan tak dapat dihindari.
 
Maka dari itu, cinta yang sejati memang tidak memandang rupa, harta, tahta, atau kasta. Namun, untuk mencapainya, seseorang tetap harus melalui tahap melihat keseluruhan atau salah satu dari aspek itu terlebih dahulu.
 
Imam Ar-Razi mengatakan:
 
 وَاعْلَمْ أَنَّ الله تَعَالَى فِي إِيجَادِ حُبِّ الزَّوْجَةِ وَالْوَلَدِ فِي قَلْبِ الْإِنْسَانِ حِكْمَةً بَالِغَةً، فَإِنَّهُ لَوْلَا هَذَا الْحُبُّ لَمَا حَصَلَ التَّوَالُدُ وَالتَّنَاسُلُ وَلَأَدَّى ذَلِكَ إِلَى انْقِطَاعِ النَّسْلِ
 
Artinya: “Ketahuilah, bahwa ada hikmah besar di balik diciptakannya cinta terhadap pasangan dan anak yang direkatkan pada hati kita masing-masing. Karena tanpa cinta, mustahil seorang perempuan rela melahirkan dan merawat buah hatinya. Dan hal ini dapat berujung pada terputusnya generasi umat manusia.” (Mafatih al-Ghaib (juz 7, hal. 162)
 
Ketiga; Rahmah  
 
Rahmah, bermakna kasih sayang. Ia seakar kata dengan ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), ar-Rahim (Yang Maha Penyayang), dan rahm(un) (rahim seorang perempuan). Karena berasal dari akar kata yang sama, ketiga istilah ini tentu memiliki esensi yang sama, yakni kasih sayang. Contoh yang paling dekat adalah rahim perempuan, disebut demikian karena berfungsi sebagai wadah yang penuh kasih sayang bagi sang janin.
 
Pemahaman lebih konkret tentang mawaddah dan rahmah, seperti dijelaskan oleh sebagian ulama, mawaddat(un) bil mujama'ah wa rahmat(un) bil walad (Cinta semakin kuat tercipta melalui hubungan suami istri, sedang kasih sayang mengalir lewat hadirnya sang buah hati). Orang yang secara lahir dan batin telah beranjak dari fase mawaddah dan sepenuhnya memasuki fase rahmah, tidak lagi melihat fisik sebagai hal yang penting. Mereka tidak peduli apakah kulit pasangannya halus atau keriput dan tubuhnya langsing atau gemuk. Karena fisik bukan lagi tolok ukur yang penting bagi pasangan yang telah memasuki fase ini.
 
Kami mengajak jamaah sekalian untuk selalu memperbaharui jalinan cinta (mawaddah) dengan pasangannya. Karena rumah tangga dengan jalinan cinta yang sempurna, akan sampai pada kasih sayang (rahmah) yang sempurna. Dan, perpaduan antara cinta dan kasih sayang yang sempurna, akan menciptakan rumah tangga yang sakinah; tenang, tentram dan damai.
 
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
 
Khutbah II  
 
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا، أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى، يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِىٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ​​​​​​​ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ   عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


(Ahmad Dirgahayu Hidayat, Alumni Ma’had Aly Situbondo, tinggal di Lombok Tengah, NTB).
Sumber: NU Online

Post a Comment

0 Comments