Seorang penggemar Maradona hadir di
luar ruangan sidang malapraktik Diego Maradona sudah dimulai.@AP/Natacha
Pisarenko.
MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta)
- Sidang malapraktik Maradona resmi dimulai dengan suasana
penuh emosi pada Selasa, 12 Maret 2025 kemarin. Lagu-lagu sepak bola menggema
di luar pengadilan, dinyanyikan oleh para pendukung Argentina yang mengenakan
jersei bernomor punggung 10.
Namun, kali ini seruan "Maradona"
bukanlah luapan kebahagiaan, melainkan ekspresi duka dan tuntutan keadilan.
Setelah dua kali tertunda, persidangan atas kematian Diego Armando Maradona
akhirnya digelar kemarin.
Lebih dari empat tahun setelah
kepergiannya, pengadilan kini berupaya mengungkap apakah tim medis yang merawat
Maradona bertanggung jawab atas kematiannya. Diketahui Maradona meninggal pada
25 November 2020 akibat serangan jantung, 14 hari setelah menjalani operasi
hematoma subdural di rumahnya di kawasan San Andrés, kota Tigre.
"Jaksa menuduh tujuh tenaga medis
yang menangani Maradona telah bertindak ceroboh dan lalai dalam memberikan
perawatan. Mereka menghadapi dakwaan pembunuhan sederhana dengan niat eventual,
yang dapat berujung pada hukuman delapan hingga 25 tahun penjara. Sementara
itu, seorang terdakwa kedelapan akan menghadapi persidangan terpisah,"
sebut CNN.
Para pendukung sang legenda berkumpul
di luar pengadilan dengan membawa spanduk bertuliskan "Keadilan untuk
D10S" dan meneriakkan seruan menuntut keadilan. Pengadilan ini
diperkirakan akan berlangsung hingga Juli, dengan lebih dari 100 saksi dijadwalkan
memberikan kesaksian.
Di antara tujuh terdakwa, terdapat
ahli bedah saraf Leopoldo Luque, dokter pribadi Maradona, serta psikiater
Agustina Cosachov. Pengacara mereka menegaskan bahwa klien mereka tidak
bersalah. Selain itu, terdapat Carlos Díaz (psikoanalis), Pedro Di Spagna
(dokter klinis), Nancy Forlini dan Mariano Perroni (koordinator layanan medis),
serta perawat Ricardo Almirón yang juga menyatakan tidak bersalah.
Pihak keluarga Maradona, yang terdiri
dari lima anaknya yaitu Dalma, Giannina, Jana, Diego, dan Diego Fernando
menjadi penggugat dalam kasus ini. Mario Baudry, pengacara Diego Fernando,
menegaskan bahwa ada cukup bukti untuk membuktikan bahwa Maradona tidak mendapatkan
perawatan yang layak.
Sidang malapraktik Maradona tidak
hanya menjadi pertarungan hukum, tetapi juga simbol perjuangan bagi para
penggemar yang merasa sang legenda dibiarkan pergi begitu saja. "Saya
harap hakim bersikap tegas karena mereka telah membiarkannya mati," kata
seorang penggemar yang hadir sambil membawa replika trofi Piala Dunia.
Dalam sesi awal, Jaksa Ferrari
menegaskan bahwa perawatan terhadap Maradona di rumahnya "sangat
buruk." Dengan menunjukkan foto kondisi terakhir Maradona di tempat tidur,
ia memperlihatkan gambaran yang menyayat hati. "Beginilah cara Maradona
meninggal. Kondisinya sangat jelas," ucapnya di hadapan hakim.
Sidang ini diharapkan dapat mengungkap
kebenaran di balik kematian sang idola Argentina. Seiring proses hukum yang
berjalan, publik menanti jawaban, apakah benar ada kelalaian dalam perawatan
Maradona, ataukah ini hanya bagian dari drama hukum yang berkepanjangan?
Sumber : Beritasatu.com
0 Comments