MAJALAHJURNALIS.Com (Beijing)
- Presiden China Xi Jinping menolak undangan untuk
mengunjungi Brussels, Belgia, guna menghadiri KTT untuk memperingati 50 tahun
hubungan diplomatik Uni Eropa-China. Beijing mengutus Perdana Menteri (PM) Li
Qiang untuk menghadiri KTT tersebut. Penolakan Xi Jinping itu dilaporkan
oleh Financial Times yang mengutip dua sumber yang mengetahui persoalan
tersebut, seperti dilansir Reuters, Senin (17/3/2025). Financial Times melaporkan bahwa
otoritas China telah memberitahu para pejabat Uni Eropa bahwa PM Li yang akan
bertemu dengan Presiden Dewan Eropa dan Komisi Eropa, bukan Xi Jinping. PM China biasanya menghadiri
pertemuan-pertemuan penting yang digelar di Brussels, yang menjadi markas
kantor pusat Uni Eropa. Sedangkan Presiden China akan menghadiri acara penting
yang digelar di Beijing sebagai tuan rumah. Namun, menurut laporan Financial
Times, Uni Eropa menginginkan Xi Jinping untuk hadir secara langsung dalam
peringatan setengah abad antara Uni Eropa dan China. Ketegangan antara Brussels dan Beijing
semakin meningkat sejak invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022 lalu, dengan Uni
Eropa menuduh China mendukung Kremlin. Tahun lalu, Uni Eropa juga mengenakan
tarif terhadap impor kendaraan listrik China. Kementerian Luar Negeri China dan Uni
Eropa belum memberikan tanggapan resmi atas laporan tersebut. "Diskusi informal sedang
berlangsung, baik tentang penetapan tanggal pertemuan puncak Uni Eropa-China
tahun ini maupun tingkat representasi," kata seorang pejabat Uni Eropa
kepada Financial Times. Sementara Kementerian China, seperti
dikutip Financial Times, mengatakan tidak memiliki informasi apa pun untuk
diberikan mengenai masalah tersebut. China, yang merupakan negara dengan
ekonomi terbesar kedua di dunia, dan Uni Eropa, yang merupakan perekonomian
terbesar ketiga di dunia, menghabiskan sebagian besar tahun 2024 dengan saling
mengejek atas tuduhan kelebihan kapasitas, subsidi ilegal, dan dumping di pasar
masing-masing. Pada Oktober tahun lalu, Uni Eropa
mengenakan tarif dua digit terhadap kendaraan listrik buatan China setelah
penyelidikan anti-subsidi, selain bea masuk mobil standarnya sebesar 10 persen.
Langkah tersebut menuai protes keras dari Beijing, yang sebagai balasannya,
meningkatkan hambatan masuk pasar untuk produk-produk Uni Eropa tertentu,
seperti brandy. Sumber: detiknews
0 Comments