Marsinah resmi diberikan gelar sebagai pahlawan
nasional.@Beritasatu.com/Rangga
Samudra
MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta) -Marsinah
resmi dianugerahi gelar pahlawan nasional pada Senin (10/11/2025), bertepatan
dengan peringatan Hari Pahlawan. Aktivis buruh perempuan yang tewas pada 1993 ini selama
puluhan tahun dikenal sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan
pelanggaran hak pekerja. Penganugerahan tersebut menjadi momen bersejarah yang
menegaskan keberanian Marsinah dalam memperjuangkan hak dan kesejahteraan
buruh, terutama di tengah tekanan politik pada era Orde Baru. Pengakuan negara terhadap Marsinah tidak hanya menjadi
bentuk penghormatan atas pengorbanannya, tetapi juga pengingat akan pentingnya
perlindungan hak-hak pekerja hingga hari ini. Dengan gelar pahlawan nasional, kisah Marsinah kembali
menguatkan kesadaran publik tentang keadilan sosial dan hak buruh di Indonesia.
Penghargaan ini menegaskan perjuangan yang didorong keberanian dan ketulusan
tidak pernah hilang dari sejarah bangsa. Profil
Marsinah Marsinah adalah seorang buruh pabrik asal Nganjuk, Jawa
Timur, yang menjadi ikon perjuangan pekerja di Indonesia. Ia dikenal sebagai
sosok sederhana tetapi penuh keberanian, yang memilih menggunakan suaranya
untuk menuntut hak pekerja dan melawan ketidakadilan. Marsinah tumbuh dalam keterbatasan setelah kehilangan
kedua orang tuanya sejak kecil. Meski hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit,
dia dikenal rajin, mandiri, dan memiliki kepedulian tinggi terhadap sesama
pekerja. Marsinah lahir pada 10 April 1969 di Nglundo, Sukomoro,
Nganjuk, Jawa Timur, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
Sumini dan Mastin. Sejak kecil, dia dibesarkan oleh neneknya, Puirah, dan
bibinya, Sini, di Nglundo. Masa kecilnya diwarnai kerja keras dan kemandirian,
selain bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Karangasem 189 dan kemudian di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Nganjuk, Marsinah membantu nenek dan bibinya
dengan berdagang makanan ringan untuk menambah penghasilan keluarga. Pada tahun-tahun terakhir pendidikannya, Marsinah belajar
di Pondok Pesantren Muhammadiyah, tetapi harus menghentikan sekolah karena
keterbatasan biaya. Pengalaman masa kecil yang penuh tantangan ini membentuk
karakter mandiri, tangguh, dan peduli terhadap orang lain, yang kemudian
menjadi dasar perjuangannya sebagai aktivis buruh. Marsinah memulai kariernya di dunia industri pada 1989
dengan bekerja di pabrik sepatu Bata di Surabaya. Setahun kemudian, dia pindah
ke pabrik jam tangan sebelum akhirnya bekerja di PT Catur Putra Surya atau CPS
(dahulu bernama Empat Putra Surya) di Porong, Sidoarjo. Selama bekerja di pabrik tersebut, Marsinah dikenal
sebagai sosok yang vokal dalam menyuarakan ketidakadilan dan ketimpangan. Ia
sering dipercaya menjadi juru bicara bagi rekan-rekannya, memperjuangkan
hak-hak pekerja dan menegakkan prinsip keadilan di lingkungan kerjanya. Marsinah bukan aktivis berorganisasi formal, tetapi
pemikiran dan keberaniannya membuat dia dihormati oleh sesama buruh. Ia dikenal
sebagai sosok yang memahami aturan ketenagakerjaan dan berani berbicara ketika
hak pekerja tidak dipenuhi. Tragedi 1993,
Gugur Membela Hak Pekerja Pada awal Mei 1993, Marsinah berada di garis terdepan
gerakan buruh di pabrik PT CPS di Sidoarjo, ketika para pekerja menggelar
pemogokan menuntut kenaikan upah yang sesuai ketentuan. Aksi mogok yang berlangsung pada 3-4 Mei menyusul surat
edaran gubernur Jatim yang mendorong kenaikan upah menjadi titik pemicu
ketegangan antara buruh dan perusahaan. Pada 5 Mei 1993, setelah sejumlah pekerja dipanggil dan
dipaksa menandatangani pengunduran diri oleh aparat militer di Sidoarjo,
Marsinah sendiri mendatangi markas militer untuk mencari kejelasan atas kondisi
rekan-rekannya. Namun malam harinya dia menghilang, dan tiga hari
kemudian, pada 8 Mei 1993,jasadnya ditemukan
di sebuah gubuk di Wilangan, Nganjuk dengan luka-luka yang menunjukkan
penyiksaan berat dan kekerasan fisik. Meski perjuangan awalnya untuk hak pekerja, kematian
Marsinah kemudian menjadi simbol nasional atas pelanggaran hak buruh dan
ketidakadilan struktural. Hingga kini, kasus tersebut belum sepenuhnya diproses
secara hukum, sehingga meninggalkan luka mendalam bagi gerakan buruh. Pengakuan
negara terhadap perjuangan Marsinah bukanlah proses yang terjadi seketika. Selama bertahun-tahun, keluarga, pegiat hak buruh, dan
berbagai organisasi pekerja terus mendorong agar jasanya diakui secara resmi. Upaya itu datang dari banyak pihak, termasuk pemerintah
daerah Nganjuk, organisasi buruh seperti Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (KSPSI) dan Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI),
hingga para aktivis dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang konsisten mengawal nama
Marsinah sebagai simbol keberanian pekerja perempuan. Dukungan kolektif inilah yang akhirnya memperkuat
dorongan agar negara memberikan penghormatan tertinggi bagi Marsinah. Kakak
kandung Marsinah, Marsini, menyampaikan rasa haru dan syukur saat gelar
pahlawan nasional itu resmi dianugerahkan. "Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Presiden
Prabowo. Terima kasih banget, terima kasih sebesar-besarnya untuk anugerah yang
diberikan untuk adik saya, Marsinah," ucap Marsini penuh haru seusai
penganugerahan gelar pahlawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin
(10/11/2025). Marsini juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah
daerah, para aktivis, dan organisasi buruh yang selama ini mendukung perjuangan
untuk mengangkat nama Marsinah sebagai pahlawan bangsa. Makna Gelar
Pahlawan Nasional untuk Marsinah Marsinah resmi menerima gelar pahlawan nasional di bidang
sosial dan kemanusiaan. Ia kini menjadi inspirasi bagi pekerja dan masyarakat
luas untuk tetap berani menyuarakan hak-hak mereka, tanpa takut menghadapi tekanan
atau ancaman. Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Marsinah
menegaskan peran besarnya dalam memperjuangkan hak-hak pekerja di Indonesia.
Pengakuan ini tidak sekadar bentuk penghormatan atas keberaniannya membela
buruh hingga akhir hayat, tetapi juga menjadi pengesahan perjuangan kelas
pekerja memiliki tempat penting dalam sejarah bangsa. Penetapan Marsinah sebagai pahlawan nasional menunjukkan
komitmen terhadap keadilan sosial dan perlindungan buruh merupakan nilai yang
dijunjung tinggi dalam perjalanan Indonesia sebagai negara merdeka. Momen ini bukan hanya bertepatan dengan peringatan Hari
Pahlawan Nasional, tetapi juga menjadi simbol apresiasi negara terhadap
keberanian seorang perempuan pekerja, yakni Marsinah yang bersuara di tengah
situasi politik penuh tekanan pada awal 1990-an. Sumber : Beritasatu.com
0 Komentar