MAJALAHJURNALIS.Com - Ibarat sakit parah
yang belum sembuh, penyakit baru sudah datang ikut menyusul dan melantak. Kira-kira seperti itulah
kondisi Kepolisian Republik Indonesia hari ini, sejak peristiwa "Drama
Dari Duren Tiga" yang telah membuat sock masyarakat. Diselingi insiden gas
air mata di stadion Kujuruhan Malang, terus dilantak lagi oleh kasus narkoba. Kepercayaan terhadap Polri, tampaknya harus
ditebus dengan perbuatan nyata yang harus berlipat agar trauma yang sangat
merusak hati dan perasaan rakyat jadi remuk redamSebab kalau cuma biasa-biasa, sock berat yang
mendera warga masyarakat ini akan tetap menyisakan rasa jeri yang mengerikan. Trauma ini hanya akan pulih dengan suplay
perbuatan baik yang nyata dalam porsi yang berlipat. Jika tidak, maka sakit dan
kecewa ya hati rakyat akan terus terasa didera sepanjang sejarah Kepolisian ke
depan. Layaknya kecewa berat yang tidak bisa
dipulihkan begitu saja, tetapi juga harus dikikis habis hingga benar-benar
bersih dari oknum yang sempat ikut membuat gaduh di permukaan. Maka itu
berbagai therapy penghibur, agar kenangan yang sangat amat kelam itu dapat
sirna dari segenap ingatan yang menakutkan. Bagaimana tidak, aparat yang seharusnya
melakukan pengamanan dan pencegahan justru yang melakukan perbuatan degil
terkutuk itu. Sudah sejak lama memang, warga masyarakat curiga dengan segenap
barang bukti yang tidak cukup transparan dimusnahkan itu. Jadi bukan hanya mengetik narkoba yang
menjadi ditahan dan hendak dimusnahkan itu yang sangat mudah untuk
diselewengkan. Tetapi juga sejumlah barang bukti lain seperti kendaraan
bermotor misalnya yang menjadi barang siaran itu toh tidak sedikit yang
digunakan atau bahkan menjadi hak milik sejumlah personil. Karena itu, hasrat serius Kapolri untuk
melakukan pembersihan atau reformasi di tubuhPolri patut dilakukan juga penggeledahan terhadap segenap personil. Toh,
keriuhan dari sejumlah aparat yang digunjingkan kekayaannya yang sangat
fantastis itu bisa menjadi bukti awal untuk mengusut asal muasal kekayaan yang
tidak jelas sumbernya itu. Kapolri Jendral Sigit Listyo Prabowo harus
yakin dan percaya langkah tegasnya untuk melakukan reformasi besar-besaran di
tubuh Polri akan mendapat dukungan penuh dari segenap warga masyarakat. Sebab warga masyarakat sendiri sudah sangat
muak dengan dengan perilaku aparat yang perlu dirinci lagi, sebab mulai dari
tingkat yang paling rendah pada tingkat sektor hingga Mabes kalau saja boleh
jujur sudah nyaris merata di semua lini dan jurusan di semua jalan yang harus
dilalui oleh warga masyarakat Menyimak narasi cerita kasus Narkoba yang
justru diperjual-belikan oleh aparat penegak hukum itu dalam jumlah yang sangat
besar, jelas lebih dari cukup memberigambaran betapa jauh penyimpanan dati tugas mulia yang seharusnya
diemban seorang aparat negara yang khianat itu. Karena, dalam proses hukum
kelak pun akan menjadi perhatian warga masyarakat untuk menakar keseriusan
pihak hakim yang juga sudah ambruk marwah dan kewibawaannya bari rakyat. Termasuk bagi kaum intelektual dari bilik
akademisyang sudah berulang kali juga
mengecewakan masyarakat karena perilaku korup dan ketamakannya yang tidak
terpuji itu. Sebab dari sejumlah mereka yang bergelar Profesor dan doktor dalam
beragam bidang keilmuan itu, sesungguhnya menjadi bukti dari keambrukan etika,
moral dan akhlak mulia manusia yang sepatutnya harus menjadi panutan. Langkah tegap dan tegas Kapolri untuk
membersihkan tubuh Polri yang berlumuran noktah ini hanya akan pulih dengan
keinginan tulus dan jujur serta adil dengan segenap pengertian dan pemahaman
bahwa kemuliaan manusia sesungguhnya adalah berbuat baik demi orang banyak dan
untuk menyelamatkan orang banyak. Bukan menyelamatkan orang per orang, apalagi
atas dasar perselingkuhan untuk melindungi korp, kawan, kolega maupun
gerombolan yang mungkin juga telah menjerat dan menjebak kita terlibat ikut
serta dalamnya. Tapi,toh hidup hanya sekali. Setelah itu mati. Kata Penyair Chairil Anwar.
Dan yang akan kita tinggalkan hanya ingatan baik terhadap semua perbuatan yang
pernah kita lakukan. Oleh karena itu, senyampang belum pensiun, lakukanlah hal
yang terbaik untuk Polri, agar keindahan batu nisan memiliki hiasan terbaik
meski hanyadiziarahi dari kejauhan atau
sekedar dalam kenangan belaka. Institusi Polri yang mampu ditinggalkan
dengan baik serta kembali memperoleh kepercayaan dari warga masyarakat yang
pernah mencapai dasar kemuakan paling mengerikan, akan menjadi penghias batu
nisan, meski tidak berada di Makam Pahlawan. Sebab wangi yang sejati dari bunga melati,
akan tetap harus di pemakaman manapun tempatnya. Jadi untuk menata keindahan
taman bunga Kepolisian yang indah, mulai dari kebersihan dan keseriusan menyemai
niat baik dan kebaikan harus terus menerus dilakukan, tanpa merasa letih dan
kejengahan. Jangan pernah lagi ada yang disembunyikan. Lantaran mata rakyat tidak cuma melihat,
lantaran mata hatinya akan lebih merasakan. Maka itu, kita yang memiliki sikap
bijak, tak perlu berlarut meratapi semua kejadian yang sudah terlanjur menjadi
bubur itu Drama Dari Duren Tiga, Tragedi di Stadion dan Kasus Perdagangan
Narkoba harus dapat dipetik hikmahnya untuk
menjadi pelajaran guna menata budaya hidup dan kehidupan yang lebih baik serta mulia. (Banten, 16 Oktober
2022)
0 Comments