MAJALAHJURNALIS.Com (Fotonews-Jakarta) - Kampung Apung
di Kapuk, Cengkareng ini awalnya permukiman padat khas pada umumnya. Saking
lamanya terendam banjir menjadikan wilayah itu tenggelam jadi terapung. Menurut
warga yang mendiami wilayah itu sejak tahun 1990 mengaku kampung
itu bernama Kampung Teko. Setelah terendam banjir menahun dan terkatung-katung,
nama kampung itu pun mulai berubah menjadi Kampung Apung. Sedikitnya
ada 113 Kepala Keluarga yang menempati wilayah tersebut. Sebagian dari mereka
adalah pendatang yang menetap dan mencari pekerjaan di Ibu Kota. Di
Awal tahun 1960-1970 an, Kampung Apung ini merupakan kampung yang asri dan
damai. Rimbun pepohonan mewarnai daerah yang kini berubah namanya dan lebih
dikenal menjadi Kampung Apung.
Pada
tahun 1988, pembangunan di wilayah tersebut terbilang cukup masif.
Tembok-tembok besar mulai berdiri, jalan berbeton mengurangi area resapan air,
sehingga tak ayal kawasan itu perlahan mulai tenggelam. Imbasnya
pun mulai terlihat kini. Air menggenangi ke dataran yang lebih
rendah, sehingga kampung atau permukiman ini yang akhirnya menjadi
Kampung Apung. Kampung
Apung juga dikelilingi oleh makam tanah wakaf yang kini sudah tidak terlihat
kembali karena terendam air. Sedikitnya ada 3800 makam yang terendam air di
kampung itu. Di
tahun 2012 kampung ini pernah mendapatkan dana sebanyak Rp 14 Miliar agar
dibangunkan rumah pompa air, tetapi hal itu tidak efektif karena jaraknya
terlalu jauh. Bahkan
pada tahun 2014 juga pernah mendapatkan dana lagi sebanyak Rp 12 miliar untuk
mengeringkan kampung apung dan memindahkan makam-makam di kawasan itu ke TPU
Tegal Alur, sayangnya semua itu tak terlaksana dengan baik. Meski
dana miliaran rupiah telah dikucurkan, Kampung ini juga sangat minim dengan
fasilitas umum. Padahal, warga disana juga pernah meminta kepada Pemda untuk
dibuatkan sarana pendidikan, lagi-lagi hal itu tak terealisasi. Tawaran
untuk relokasi ke rusun pun pernah datang dari Pemda, tapi ditolak warga yang
tetap bertahan ingin tinggal di kampung sendiri.
Penyebab
banjir berkepanjangan yang akhirnya merendam kampung itu bisa jadi dikarenakan
kelalaian pemerintah saat mengambil keputusan dan memberikan izin pembangunan
pabrik tanpa melihat amdal yang terjadi ke depannya. Selama
kurang lebih 3 dekade sudah Kampung Apung itu adadan tetap dihuni warga meski
kualitas air untuk kehidupannya kurang baik seperti berbau dan berbusa tercemar
limbah pabrik. Ancaman
banjir di Ibu Kota kian nyata. Ini salah satu buktinya, Kampung Apung. Banjir
yang terjadi terus naik setiap tahunnya setinggi 5 cm. Akankah
pemerintah akan terus berdiam diri melihat fenomena Kampung Apung ini? Sumber : detiknews
0 Komentar