MAJALAHJURNALIS.Com (Atlanta) -Sebuah pesawat
penumpang milik maskapai Amerika Serikat (AS), Delta Air Lines, mengalami
turbulensi parah saat mengudara dari Milan di Italia menuju ke Atlanta di AS. Sedikitnya 11 penumpang
dan awak pesawat itu harus dilarikan ke rumah sakit (RS) setelah pesawat
berhasil mendarat dengan selamat. Seperti dilansir AFP,
Rabu (30/8/2023), insiden turbulensi parah itu dialami pesawat maskapai Delta
Air Lines dengan nomor penerbangan 175 pada Selasa (29/8/2023) waktu setempat. "Para anggota Delta
Care Team sedang melakukan mobilisasi untuk terhubung dengan para pelanggan
dalam penerbangan Delta nomor 175 yang mengalami turbulensi parah sebelum
mendarat dengan selamat di Atlanta pada Selasa (29/8) waktu setempat."
ucap juru bicara maskapai Delta Air Lines dalam pernyataannya. "Prioritas kami
adalah merawat para pelanggan dan awak kami yang mengalami cedera," imbuh
pernyataan tersebut. Tidak diketahui secara
jelas berapa jumlah total korban cedera selain 11 orang yang dilarikan ke rumah
sakit. Tidak disebutkan juga bagaimana kondisi cedera yang dialami para korban
yang dirawat di rumah sakit setempat. Hanya disebutkan bahwa
pesawat yang mengalami turbulensi parah itu membawa total 151 penumpang dan 14
awak. Jenis pesawat itu juga tidak diketahui. Badai besar Idalia saat
ini sedang menyapu area lepas pantai Teluk AS dengan membawa angin kencang dan
diperkirakan akan menerjang area Florida pada Rabu (30/8) pagi waktu setempat.
Sebuah badai lainnya, yang bernama badai Franklin, terdeteksi mulai terbentuk
di perairan Atlantik. Namun baik maskapai
Delta Air Lines maupun regulator penerbangan AS tidak mengaitkan turbulensi
parah yang terjadi pada Selasa (29/8) waktu setempat dengan kedua badai
tersebut. Badan Penerbangan
Federal (FAA) melaporkan bahwa turbulensi parah itu terjadi di wilayah udara
berjarak sekitar 40 mil atau setara 64 kilometer dari bandara Atlanta. FAA
menegaskan akan menyelidiki lebih lanjut insiden tersebut. Sementara itu, para
ilmuwan telah melaporkan apa yang disebut sebagai 'turbulensi udara jernih'
menjadi lebih sering terjadi akibat perubahan iklim. Disebutkan bahwa
turbulensi jenis tersebut sulit diprediksi dan terjadi tanpa adanya cuaca
buruk, serta biasa terjadi di atas ketinggian 15.000 kaki. Sumber : detiknews
0 Comments