Foto ilustrasi.@RSUD
Bangkinang
MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta)
- Stroke masih menjadi
penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia. Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI mengungkap penyebab yang membuat penyakit tersebut masih sangat
tinggi.
Stroke merupakan kondisi yang terjadi saat bagian otak tidak
memiliki aliran darah yang cukup. Hal yang paling sering terjadi karena
penyumbatan arteri atau pendarahan pada otak. Tanpa pasokan darah yang stabil,
sel-sel di area otak akan mulai mati karena kekurangan oksigen.
Ketua Tim Kerja Gangguan Otak Kementerian Kesehatan RI dr
Tiersa Vera Junita, MEpid menuturkan salah satu faktor risiko utama tingginya
angka penyakit stroke diakibatkan oleh masih tingginya persentase masyarakat
yang tidak menjalani gaya hidup sehat. Salah satunya kurang makan sayur dan
buah.
"Sementara kurang makan sayur dan buah masyarakat
Indonesia itu mencapai prevalensinya itu tinggi sekali dari 93,5 persen pada
tahun 2013 meningkat menjadi 95,5 persen di tahun 2018," jelas dr Tiersa
dalam Webinar Kenali dan Kendalikan Stroke Kemenkes, Jumat (3/11/2023).
Berdasarkan data Riskesdas 2013 dan 2018, memang terjadi
peningkatan prevalensi masyarakat yang menjalani gaya hidup kurang sehat.
Selain kurang makan sayur dan buah, kebiasaan merokok juga meningkat dari 28,8
persen menjadi 29,3 persen.
Terjadi pula peningkatan prevalensi masyarakat yang kurang
dalam melakukan aktivitas fisik dari sebelumnya 26,1 persen menjadi 33,5
persen. dr Tiersa juga menyinggung konsumsi gula garam dan lemak (GGL) yang
tinggi.
Konsumsi gula garam lemak berdasarkan studi diet total
terdapat 4,8 persen masyarakat yang mengkonsumsi gula melebihi batas yang
disyaratkan sebanyak 50 gram per hari pada tahun 2014. Sedangkan untuk garam
(2000 mg per hari) sebanyak 52,7 persen dan lemak (67 gram per hari) sebanyak
5,8 persen.
"Pembiayaan stroke juga menjadi salah satu yang
tertinggi pada peringkat tiga dengan jumlah Rp 3,23 triliun. Data ini dari BPJS
Kesehatan di tahun 2022. Angkanya meningkat terus dari 2021 ke 2022,"
pungkasnya.
Sumber : detikHealth
0 Comments