Foto: Presiden AS Joe Biden Rabu (6/12/2023) (AP/Evan
Vucci)
MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta) - Pemindahan ibu kota negara (IKN) RI dari Jakarta di
Pulau Jawa ke Nusantara di Pulau Kalimantan makin serius dilakukan pemerintah.
Terbaru, Jakarta akan djadikan
sebagai provinsi kawasan aglomerasi setelah melepas kedudukannya sebagai
daerah khusus ibukota atau DKI.
Hal ini termuat dalam draf
Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta yang telah
disepakati oleh para anggota dewan sebagai RUU usul inisiatif DPR.
Kawasan aglomerasi didefinisikan
sebagai kawasan perkotaan dalam konteks perencanaan wilayah yang menyatukan
pengelolaan beberapa daerah kota dan kabupaten dengan kota induknya, sekalipun
berbeda dari sisi administrasi.
Bakal ada pusat pertumbuhan ekonomi
nasional berskala global. Ini menyatukan kelola pemerintahan, industri,
perdagangan, transportasi terpadu, dan di bidang strategis lainnya untuk
meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan nasional.
Dalam pasal 51 ayat 2 draf RUU itu
misalnya kawasan aglomerasi mencakup tak hanya Jakarta.
Tapi mencakup juga Kabupaten Bogor,
Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kota Bogor, Kota
Depok, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Bekasi.
Namun menarik ke belakang, mengapa
ibu kota negara RI harus dipindah? Kenapa pula harus ke luar Jawa.
Sebenarnya hal ini pernah
disinggung Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di tahun 2021.
Ia mewanti-wanti ancaman besar
bakal melanda Indonesia. Ia menyebut Jakarta akan tenggelam dalam 10 tahun ke
depan.
Hal ini dikatakannya ketika
berbicara soal perubahan iklim dalam pidato sambutan di kantor Direktur
Intelijen Nasional AS kala itu.
Menurutnya perubahan iklim adalah
ancaman terbesar akibat perubahan iklim yang saat ini sedang menghantui seluruh
dunia.
Perubahan iklim menyebabkan naiknya
permukaan laut dan akan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal,
mata pencaharian dan kehidupan.
"Jika, pada kenyataannya,
permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan memiliki jutaan orang
yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur," katanya dalam pidato itu
sebagaimana dipublikasikan whitehouse.gov.
"Apa yang terjadi di Indonesia
jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus
memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?"
tambahnya.
Ucapan Biden ini bukan tanpa
alasan. Badan Antariksa AS, NASA, mengatakan,
meningkatnya suhu global dan lapisan es yang mencair membuat banyak kota di
pesisir seperti Jakarta menghadapi resiko banjir dan juga luapan air laut yang
semakin besar.
NASA mengatakan kenaikan laut
global yang rata-rata sebesar 3,3 mm per tahun dan adanya tanda badai hujan
makin intens saat atmosfer memanas, akan menjadikan banjir sebagai "hal
biasa".
Sejak tahun 1990-an bahkan banjir
besar telah terjadi di Jakarta dan musim hujan 2007 membawa kerusakan dengan
70% wilayah terendam.
NASA juga mengunggah gambar landsat
yang menunjukkan evolusi Jakarta dalam tiga dekade terakhir.
Adanya pembabatan hutan dan
vegetasi lain dengan permukaan kedap air di daerah pedalaman di sepanjang
sungai Ciliwung dan Cisadane telah mengurangi jumlah air yang dapat diserap.
Ini menyebabkan adanya limpahan
serta banjir bandang. Populasi wilayah Jakarta lebih dari dua kali lipat antara
tahun 1990 dan 2020 telah membuat lebih banyak orang yang memadati dataran
banjir dengan resiko tinggi.
Hal ini kemudian diperparah oleh
saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh
sedimen dan sampah. Sehingga sangat rentan terhadap luapan.
Sumber : CNBC
Indonesia
0 Comments