Serangan udara AS di Yaman menewaskan
3 orang.@AP/Osamah Abdulrahman
MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta)
- Kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengatakan bahwa
serangan udara Amerika Serikat menewaskan tiga orang di ibu kota Yaman yang
dikuasai Houthi, Sanaa. Kelompok yang didukung Iran itu menuding Amerika Serikat
melakukan serangan tersebut. Wilayah-wilayah yang dikuasai Houthi
di Yaman telah mengalami serangan hampir setiap hari, sejak Amerika Serikat
pada tanggal 15 Maret mengintensifkan serangan udara terhadap kelompok
tersebut. Serangan itu dilakukan AS untuk memaksa mereka berhenti mengancam
kapal-kapal di rute-rute maritim utama. "Tiga warga tewas dalam agresi
Amerika di kawasan Sabeen di ibu kota," kata kantor berita Houthi, Saba
pada Kamis (10/4), mengutip kementerian kesehatan, dilansir AFP, Kamis
(10/4/2025). Media Houthi tersebut juga melaporkan
serangan di Pulau Kamaran, di wilayah Hodeida, Yaman, setelah Houthi sebelumnya
mengatakan serangan udara AS di Hodeida pada Selasa malam menewaskan 13 orang,
termasuk wanita dan anak-anak. Sejak 15 Maret, Houthi juga telah
melanjutkan serangan yang menargetkan kapal-kapal militer AS dan Israel. Houthi
mengatakan bahwa mereka bertindak sebagai bentuk solidaritas dengan warga
Palestina di Jalur Gaza. Houthi mulai menargetkan kapal-kapal
yang melintasi Laut Merah dan Teluk Aden, serta wilayah Israel, setelah perang
Gaza dimulai pada Oktober 2023. Houthi menghentikan serangan mereka selama
gencatan senjata di Gaza pada Januari. Israel memutus semua pasokan ke Gaza
pada awal Maret, dan melanjutkan serangannya di wilayah Palestina itu pada 18
Maret, yang mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan. Kampanye serangan baru AS tersebut
dilakukan menyusul ancaman Houthi untuk melanjutkan serangan terhadap
kapal-kapal. Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika
Serikat (AS), Pete Hegseth, telah mengatakan bahwa operasi gempuran AS terhadap
Houthi yang sedang berlangsung "akan semakin buruk". Setelah pertemuan di Gedung Putih
dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, seperti dilansir Al
Arabiya, Selasa (8/4/2025), Hegseth menegaskan kembali sikap tegas pemerintah
AS, dengan mengatakan kepada wartawan: "Tiga pekan ini merupakan pekan
yang buruk bagi Houthi, dan akan semakin buruk." Dia menggambarkan operasi militer AS
itu sebagai operasi yang "menghancurkan", dengan menargetkan
fasilitas-fasilitas bawah tanah, bunker produksi senjata, para petempur Houthi,
dan sistem pertahanan udara. Hegseth juga melontarkan kritikan
terhadap Iran, dengan memperingatkan Teheran agar tidak terus mendukung Houthi. "Kami memiliki lebih banyak
pilihan dan lebih banyak tekanan untuk diberikan," tegasnya. Sumber : detiknews
0 Comments