MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta)
- Tokoh Lintas Iman dan Ketua Umum Solidaritas Kebangsaan
RI, Dody Lukas, S.Th., M.M., menyambut hangat pernyataan Menteri Agama RI,
Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A., mengenai praktik keagamaan yang dinilai
terlalu maskulin dan kurang menonjolkan nilai kelembutan, empati, dan kasih
dalam spiritualitas umat beragama, Senin (7/7/2025). Dalam pernyataan resmi yang dirilis
kepada media, Dody menyatakan bahwa peringatan dari Menag adalah “tepat waktu
dan sangat relevan” di tengah maraknya narasi keagamaan yang keras, eksklusif,
bahkan cenderung menindas. “Sudah terlalu lama agama dijadikan
alat dominasi sosial dan politik, bahkan dalam banyak kesempatan, nilai kasih,
empati, dan bela rasa yang merupakan inti dari hampir semua ajaran agama terpinggirkan,”
ujar Dody Lukas. Sebagai aktivis kerukunan umat
beragama yang selama ini aktif menginisiasi komunitas lintas iman, seminar
Kebangsaan, safari kebhinekaan, dan doa bersama lintas agama di Sumatera Utara,
Dody menekankan pentingnya menindaklanjuti seruan Menag dengan langkah nyata di
akar rumput. Menurutnya, pendidikan agama harus
menekankan pada karakter lembut, inklusif, dan pembinaan nurani, bukan sekadar
hafalan dogma atau simbol-simbol kekuasaan. “Spiritualitas yang sehat adalah
spiritualitas yang merangkul, bukan menghakimi; membina, bukan menaklukkan,”
tegasnya Dorongan
untuk Teologi Kelembutan Menanggapi ajakan Menag untuk
merefleksikan ulang dominasi maskulinitas dalam teologi, Dody mengajak para
pemimpin agama dan lembaga keagamaan untuk membuka ruang teologi yang lebih
“humanis” dalam pengertian spiritual yakni teologi yang penuh kasih, sabar,
menghargai kehidupan, dan menyembuhkan luka sosial akibat kekerasan atas nama
iman. Kolaborasi
Antariman: Solusi Damai untuk Bangsa Dalam penutupnya, Dody Lukas
menekankan pentingnya menjadikan momen ini sebagai momentum nasional untuk
memperkuat moderasi beragama dan membangun jembatan antariman. Ia percaya, jika
spiritualitas diarahkan kembali kepada esensi kasih, maka agama akan menjadi
kekuatan pemersatu, bukan alat konflik. “Mari kita bawa kembali kelembutan
dalam iman kita. Bukan karena kita lemah, tetapi karena kita percaya: kasih
lebih kuat dari kekuasaan.” (Darmayani)
0 Komentar