MAJALAHJURNALIS.Com (Labuhanbatu) -Dikalangan aktivis, nama Jonni Silitonga, SH, MH sudah tidak
asing lagi. Demikian juga para buruh di kawasan Medan, Deli Serdang, Langkat dan
Labuhanbatu, Jonni dikenal sebagai pembela kaum buruh yang gigih. Ia mendorong dan terlibat dalam pembentukan sejumlah serikat buruh.
Bahkan jauh sebelum reformasi lahir. Saat itu tentu saja konsekuensinya ia
harus berhadap hadapan dengan aparat dari rezim yang otoriter. Terlahir sebagai anak kebon di Emplasmen PTP VI (kini menjadi PTPN IV
Ajamu) Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu, membuat Jonni Silitonga
paham betul bagaimana kehidupan kaum buruh, termasuk buruh perkebunan. Usai menamatkan di SD Negeri 112206 Ajamu, ia melanjutkan SMP Yapendak
(Yayasan Pendidikan Anak Karyawan) Ajamu hingga selesai tahun 1983.Pendidikannya pun berlanjut ke SMA Negeri 2
Rantauprapat, tamat tahun 1986. Ia pun melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas HKBP Nomensen
Medan hingga menyelesaikan strata 1 pada tahun 1995. Tak puas, Jonni
melanjutkan strata 2 di Universitas Darma Agung Medan. Sejak menjadi mahasiswa, jiwa aktivisnya muncul dengan bergabung pada
kelompok-kelompok diskusi mahasiswa. Pikiran-pikiran kritis semakin terasah
melihat situasi politik dan demokrasi saat itu. Tahun 1990-an Jonni aktif menjadi aktivis mahasiswa yang menyuarakan banyak ketidakadilan
bagi masyarakat. Salah satunya terkait dampak pencemaran lingkungan dan polusi
udara PT. Indorayon Inti Utama (IIU), perusahaan penghasil pulp di Tapanuli,
sekarang bernama PT Toba Pulp Lestari. Bersama rekan aktivis Kelompok Studi Mahasiswa Merdeka (KSMM) dan
Kelompok Studi Mahasiswa Hukum Nommensen, ia bergerak mengadvokasi masyarakat. Berbulan-bulan, tanpa lelah Jonni hidup ditengah masyarakat Toba untuk
mengingatkan betapa bahayanya pencemaran dan perusakan lingkungan akibat
aktivitas perusahaan ini. Ia turun dalam aksi-aksi jalanan bersama warga memprotes dampak
lingkungan yang diakibatkan PT IIU. Totalitas dalam mendampingi masyarakat yang
mengalami ketidak adilan selalu dilakukannya Sebuah peristiwa besar yang membuat banyak aktivis di Sumatera Utara
sempat lari dan tiarap adalah meletusnya demo besar kaum buruh di Medan pada
13-14 April 1994. Puluhan ribu buruh turun ke jalan menyuarakan hak-hak normatif mereka.
Jonni adalah salah satu aktivis yang ikut mengorganisir para buruh ini. Saat itu bukanlah hal yang mudah mengorganisirditengah tekanan rezim orde baru. Butuh waktu
beberapa tahun pendidikan dan pendampingan secara sembunyi-sembunyi agar tidak
terendus aparat keamanan. Hanya mereka-mereka yang bernyali besar yang bisa melakukannya.
Salahsatunya Jonni Silitonga, yang sejak mahasiswa memang sudah ditempa menjadi
aktivis tulen, bukan karbitan. Banyak aktivis yang ditangkap bahkan dipenjara, namun tidak menyurutkan
Jonni untuk terus membela kaum papa ini. Di kawasan Tanjung Morawa Deli Serdang, bersama organisasi non
pemerintah bernama Kelompok Pelita Sejahtera (KPS), ia mengadvokasi masalah
pencemaran di Sungai Belumai.Saat itu
sejumlah pabrik membuang limbah langsung ke sungai yang menjadi kebutuhan utama
masyarakat. Disaat bersamaan kehidupan kaum buruh yang sangat memprihatinkan, dengan
upah rendah, tidak ada jaminan kesehatan, tidak adanya kebebasan berorganisasi
dan kebijakan perusahaan semena-mena menariknya untuk menyuarakan
masalah-masalah perburuhan di Sumatera Utara. Selain buruh pabrik, Jonni bersama KPS melakukan pendidikan pada buruh
perkebunan di Kabupaten Langkat dan Kabupaten Labuhanbatu, yang kini dimekarkan
menjadi Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Labuhanbatu Selatan. Hingga tahun 2010 bersama buruh perkebunan membangun Organisasi Serikat
Buruh Perkebunan Indonesia (Serikat Buruh Perkebunan Indonesia). Serikat buruh ini cepat bergerak hingga terbentuk di 27 perusahaan
perkebunan. Jonni terlibat aktif dalam pengurusannya. Ia bahkan pernah menjadi Ketua di DPC Hukatan Deli Serdang KSBSI
(Konfederasi Serikat Buruh Indonesia) tahun 2009 -2010. Diketahui KPS,Kelompok Pelita
Sejahtera yang berdiri tahun 1992 yang didirikan aktivis mahasiswa dan aktivis
buruh, sangat konsern terhadap pendidikan dan pergerakan buruh di Sumatera
Utara.
Tak terbilang banyaknya aktivis buruh di Sumatera Utara yang lahir dari
pendidikan dan pendampingan KPS. Mereka kemudian menyebar dan mendirikan
organisasi-organisasi buruh. Seraya aktif mendidik kaum buruh, Jonni juga aktif membela masyarakat
marjinal dan terpinggirkan. Sejak tahun 2000 hingga 2010, ia aktif di Lembaga
Bantuan Hukum Advokasi Rakyat Sumatera Utara (BAKUMSU). Melalui lembaga ini Jonni aktif melakukan advokasi dan pembelaan
terhadap buruh, petani dan kaum miskin lainnya. Sejumlah kasus rakyat ikut
dibelanya, bukan hanya melalui non litigasi tetapi juga sampai maju ke
pengadilan. Terakhir ia aktif di Yayasan Lentera, lembaga yang fokusmelakukan pendidikan terhadap buruh dan
petani di Labuhanbatu raya. Pembelaan pada kaum lemah terus dilakoni Jonni Silitonga. Secara pribadi
ia kemudian memberikan bantuan-bantuan hukum. Tak terbilang, kaum pekerja atau
buruh diperjuangkannya di depan pengadilan. "Posisi para buruh masih lemah, perusahaan masih saja melakukan
tindakan sepihak yang merugikan pekerja," katanya suatu ketika memberi
alasan mengapa ia membantu para buruh yang di PHK. Jonni Senang Berbagi Tahunan hidup mendampingi masyarakat yang lemah membuat Jonni senang
berbagi. Ia bersama keluarga selalu mengunjungi panti asuhan untuk berbagi kepada
anak yatim atau anak yatim piatu. Keprihatinan melihat masih banyaknya
masyarakat yang tertindas dan terpinggirkan,membangkitkannya untuk selalu berbagi. Terjun ke Politik Keterlibatan di serikat buruh dan organisasi non pemerintah
merefleksikan dirinya bahwa buruh harus memiliki organisasi politiknyakarena serikat buruh tidak mampu melakukan
perubahan terhadap regulasi yang mengatur buruh dan kelas pekerja. Partai Buruh pun dipilihnya untuk memperjuangkan nasib kaum buruh. 13
platform program perjuangan partai ini dirasanya dapat meningkatkan
kesejahteraan kaum buruh. Menurutnya ideologi Partai Buruh adalah Pancasila dengan titik tumpu
pada Sila Kedua dan Kelima, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab serta
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Asas partai ini Negara Sejahtera
atau Walfare State. ke 13 platform program perjuangan, yaitu 1. Kedaulatan Rakyat, 2.
Penyediaan Lapangan Kerja, 3. Pembrantasan Korupsi, 4. Jaminan Sosial, 5.
Kedaulatan Pangan, Ikan, Ternak, 6. Upah Layak, 7. Pajak yang Berkeadilan untuk
Kesejahteraan Rakyat, 8. Hubungan Industrial, 9. Lingkungan Hidup, HAM dan
Masyarakat Adat. Kemudian 10. Perlindungan Perempuan dan Anak Muda, 11. Pemberdayaan
Penyandang Cacat (Disabilitas), 12. Perlindungan dan Pengangkatan Status PNS
untuk guru atau tenaga pendidik honorer dan tenaga honorer, serta peningkatan
kesejahteraan guru atau tenaga pendidik swasta dalam bentuk bergaji minimal
upah minimum perbulan, 13. Memperkuat Koperasi dan BUMN bersama swasta sebagai
pilar utama perekonomian. Karenanya pengalaman selama ini melakukan pendampingan terhadap buruh,
petani dan masyarakat marjinal memantapkan diri Jonni Silitonga masuk menjadi
Caleg DPRD Provinsi Sumatera Utara Dapil 6 Nomor Urut 1. Harapannya semoga buruh di perkebunan di Kabupaten Labuhanbatu,
Labuhanbatu Selatan dan Labuhanbatu Utara sungguh-sungguh sadar dan berkenan
untuk memilih Jonni Silitonga, SH,MHduduk menjadi anggota dewan Provinsin Sumatera Utara. (Thamrin)
0 Comments