Foto: Sejumlah anak
antre untuk menerima makanan pada dapur umum pengungsian di Rafah, Selatan
Jalur Gaza, Senin (5/2/2024). (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta) - Salah satu keluarga pengungsi di wilayah
utara Gaza, Palestina, terpaksa menggunakan pakan ternak untuk mengganti tepung
sebagai bahan makanan demi bertahan hidup di tengah krisis bahan makanan.
Melansir laporan The New
York Times, Um Mohammad Abu Awwad mengaku bahwa keluarganya yang mengungsi di
wilayah utara Gaza tidak berhasil menemukan tepung untuk dibeli dan dikonsumsi
selama berminggu-minggu.
Menurut perempuan
berusia 35 tahun itu, kalaupun ada tepung yang tersedia, harganya sangat mahal.
Satu kantong atau tas berisi tepung dibanderol sekitar US$200 atau sekitar
Rp3,12 juta (asumsi kurs Rp15.611/US$). Harga itu dinilai sangat mustahil bagi
keluarga Abu Awwad karena mereka tidak memiliki penghasilan di tengah agresi
militer Israel.
Abu Awwad mengatakan
bahwa ia terpaksa menggunakan penggilingan jerami dan pakan ternak untuk
menggantikan tepung sebagai bahan pangan. Namun, ia turut mengatakan bahwa
pakan ternak turut menjadi lebih mahal.
"Kami membutuhkan
makanan dan air untuk menjaga anak-anak kami agar tetap hidup," kata Abu
Awwad, dikutip Minggu (10/2/2024).
"Orang dewasa bisa
bertahan hidup, tapi anak-anak sekarat karena kelaparan," imbuhnya.
Sebelumnya, World Food
Programme (WFP) dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah memperingatkan
bahwa kelaparan tengah mengancam lebih dari setengah juta orang di Gaza. Pada
Januari lalu, WFP memperingatkan bahwa seluruh penduduk Gaza, yakni sekitar 2,2
juta orang menderita krisis pangan atau lebih buruk lagi.
Pada akhir Desember,
badan tersebut mengatakan bahwa sembilan dari 10 orang makan kurang dari satu
kali sehari. Lalu, situasinya memburuk saat tim bantuan tengah berjuang untuk
menyalurkan sedikit bantuan yang masuk ke Gaza.
"Jika Anda ingin
menghindari kelaparan, Anda perlu memastikan bahwa masyarakat memiliki makanan
setiap hari," kata Direktur W.F.P. untuk wilayah Palestina, Matthew
Hollingworth.
Saat ini,
lembaga-lembaga tersebut menghadapi kendala dalam mendistribusikan bantuan yang
masuk ke Gaza, termasuk jalan-jalan yang tidak dapat dilalui akibat pemboman
dan operasi militer Israel.
Namun, W.F.P. mengatakan
bahwa mereka telah mengirimkan sekotak ransum 10 hari, tepung terigu, dan
makanan hangat kepada sekitar 1,3 juta orang pada Januari lalu.
Dilaporkan, hampir 300
ribu orang Di Gaza utara yang dinilai paling membutuhkan bantuan "hampir
seluruhnya tidak mendapat bantuan".
Menurut data terbaru, Al
Jazeera melaporkan bahwa setidaknya 28.064 orang tewas dan 67.611 luka-luka
dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Sementara itu, jumlah
korban tewas di Israel akibat serangan Hamas mencapai 1.139 orang.
Sumber : CNBC
Indonesia
0 Comments