Menkes
Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Andhika Prasetia)
MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta) - Penyakit jiwa merupakan tantangan kesehatan
global yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi
penyakit jiwa jauh lebih tinggi dari jantung dan stroke.
Meskipun
data pasti sulit untuk diperoleh karena stigma yang melekat pada masalah
kesehatan mental, penelitian menunjukkan jumlah individu yang mengalami
gangguan jiwa seperti depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar terus meningkat.
Faktor-faktor
seperti tekanan sosial, stres di lingkungan kerja, ketidakstabilan ekonomi,
serta akses terbatas terhadap layanan kesehatan mental dapat menjadi pemicu
utama meningkatnya angka ini.
Kurangnya
pemahaman dan kesadaran tentang kesehatan mental juga menjadi faktor yang
berkontribusi terhadap tingginya prevalensi penyakit jiwa. Pentingnya kampanye
penyuluhan, aksesibilitas terhadap layanan kesehatan mental, dan dukungan
komunitas menjadi krusial dalam mengatasi masalah ini di Indonesia.
"Saya
terkejut melihat banyak orang di dunia dan indonesia yang kena penyakit jiwa,
itu lebih tinggi daripada penyakit jantung dan stroke. Data dari WHO, 1 dari 8
orang, kita kan hampir 8 miliar populasi, itu memiliki penyakit jiwa. Jadi
kalau kita di Indonesia 280 juta pakai standarnya WHO 1 banding 8 itu kurasa
30-32 juta kena mental disorder atau mental health problem," ujar Budi
Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI, di Jakarta Convention Center (JCC),
Jakarta Pusat, Sabtu (11/5/2024).
Penyakit
jiwa seringkali menjadi sumber ketidaknyamanan yang signifikan dalam kehidupan
sehari-hari. Kondisi yang paling umum dialami secara global meliputi gangguan
kecemasan, depresi, dan bipolar disorder.
"Paling
tinggi anxiety disorder, 300 juta seluruhnya. Nomor 2, ranking di WHO ada
mental health problem, itu depression disorder 280 juta, di bawah
anxiety," jelas Budi.
"Nomor
3 bipolar disorder, itu 40 juta. Ada lagi yang behavioural disorder itu 40
jutaan. Ada juga yang parah, namanya skizofrenia. Itu 24 juta seluruh dunia
yang mesti dirawat di rumah sakit jiwa," lanjutnya.
Sumber : detikHealth
0 Comments