MAJALAHJURNALIS.Com
(Makassar) - Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Makassar milik Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan yang beralamat di Jalan Dg Ngeppe Makassar, genap berusia 32
tahun hari ini, Rabu (31/7/2024). Sebagai
puncak peringatan ulang tahun UPT RSUD Haji Makassar tahun ini, manajemen Rumah
Sakit Haji Makassar meresmikan layanan intensif, ICCU, HCU, PICU dan NICU, dan
Launching Rujukan Stunting di Sulawesi Selatan. Acara
peresmian dihadiri oleh Asisten 1 Bidang Pemerintahan Setda Sulsel, Muhammad
Rasyid mewakili Pj Gubernur Sulawesi Selatan sekaligus meresmikan layanan ini. Direktur
RSUD Haji Makassar Dr. dr. Evi Mustikawati Arifin, Sp.KK., M.Kes berharap,
layanan intensif ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
Sulawesi Selatan pada umumnya. Apalagi
UPT RSUD Haji Makassar juga pada saat ini ditetapkan sebagai salah satu rumah
sakit rujukan stunting di Sulawesi Selatan oleh Pj Gubernur Sulsel, Prof Zudan
Arif Fikrulloh. "Semoga
dengan kegiatan hari ini, dapat memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat
Sulsel, terutama menciptakan generasi Indonesia Emas 2045", terang Dokter
Evi, sapaan karibnya. Sebelum
kegiatan peresmian ini, rangkaian acara ulang tahun ke 32 tahun UPT RSUD Haji
Makassar Pemprov Sulsel diisi dengan kegiatan Aksi Donor Darah, Senam Sehat dan
Jalan Santai. Selain
itu juga dilakukan pemberian souvenir dan goodie bag kepada pasien rumah sakit
dan pasien stunting. Untuk
diketahui, ICCU (Intensif Coronary Care Unit) merupakan unit perawatan intensif
untuk penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner, serangan jantung,
gangguan irama jantung yang berat, gagal jantung. Sedangkan
HCU (High Care Unit) adalah ruang perawatan pasien ICU (Intensif Care Unit)
yang dianggap sudah menunjukkan perbaikan tetapi masih dalam pengawasan ketat. PICU
atau Pediatric Intensive Care Unit merupakan ruang perawatan intensif bagi anak
dengan gangguan kesehatan serius atau yang berada dalam kondisi kritis. Sementara
NICU, singkatan dari Neonatal Intensive Care Unit, adalah ruangan perawatan
intensif yang diperuntukkan bagi bayi baru lahir yang memerlukan perawatan
khusus. Dokter
Evi juga berharap, Rumah Sakit Haji Makassar Pemprov Sulsel tetap menjadi
pilihan utama masyarakat Sulawesi Selatan sebagai tempat layanan kesehatan. "Semoga
RSUD Haji menjadi salah satu pilihan utama rakyat Sulsel untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan sesuai dengan kemampuan yang kami miliki," ujarnya. Prestasi Nasional Dibawah
kepemimpinan Dokter Evi, RSUD Haji juga berhasil meraih predikat inovasi
replikasi terbaik pada kluster Provinsi oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) Republik Indonesia. Adapun
inovasi yang dilakukan oleh RSUD Haji, yakni "Sadar Tolak Stunting Terpadu
di Mamminasata", disingkat SATSET’MA, mencakup beberapa wilayah, yakni
Makassar, Gowa, dan Takalar. "Sasaran
kita di wilayah Makassar, Gowa, Takalar, karena merupakan area aglomerasi
sekitar RSUD Haji. Inovasi ini menitikberatkan pada lintas sektor dan lintas
program dalam penanganan stunting," jelas Dokter Evi, Selasa (30/7/2024). Inovasi
ini memudahkan pasien yang terindikasi stunting untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. "Jika
ditemukan pasien yang berobat di RSUD Haji, namun tidak memiliki atau tidak
terdaftar di BPJS/JKN, maka akan dilakukan pendampingan hingga terdaftar di
BPJS," urainya. Hal
tersebut dilakukan setelah berkoordinasi dengan lintas program/lintas sektor Pemerintah
Daerah asal pasien tersebut. Bahkan, kata Dokter Evi, ada pasien yang juga
difasilitasi untuk kepengurusan KK dan akta kelahirannya. "Ide
atau gagasan inovasi ini adalah pemberian pelayanan penanganan kepasa pasien
stunting JKN dan Non JKN, pemberian fasilitas ambulans gratis wilayah
Mamminasata, serta pendampingan dan monitoring pasca perawatan dengan
berkoordinasi puskesmas wilayah Mamminasata," beber dia. Proses
inovasi ini pun, melibatkan puskesmas wilayah kerja asal pasien, sehingga
fungsi kontrol pasien stunting yang sustainable pada saat pasien sudah
dipulangkan dari rumah sakit. Termasuk
mengedepankan koordinasi lintas program/lintas sektor terhadap pasien stunting
melibatkan RSUD Haji, Dinas Kesehatan Sulsel, Dinas Sosial Sulsel, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota asal pasien, Dinas Dukcapil, Camat, Lurah, Puskesmas
serta kader-kader kesehatan wilayah kerja pasien. Dokter
Evi berharap, dengan inovasi ini, pasien stunting di wilayah Mamminasata dapat
memperoleh pelayan terbaik dan komprehensif. Terlebih, penurunan stunting ini
menjadi salah satu prioritas oleh Pj Gubernur Sulsel, Prof. Zudan Arif
Fakrulloh. "Harapan
kami inovasi ini mendapatkan penguatan regulasi melalui Pergub dan Perda.
Inovasi ini juga bisa direplikasi atau digunakan oleh semua rumah sakit di
Sulsel bahkan seluruh Indonesia," pungkasnya. (rel/TN)
0 Comments